Minggu, 24 Januari 2010

Fir'aun




Firaun adalah gelar dimana dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno, hanya selama Kerajaan Baru, secara spesifik, selama pertengahan dinasti kedelapanbelas. Untuk simplifikasi, terdapat kesepakatan umum diantara penulis modern untuk menggunakan istilah ini untuk merujuk penguasa Mesir semua periode.


Etimologi

Firaun diyakini berasal dari kata Pharao. Sedangkan kata firaun dalam bahasa Indonesia adalah bentuk dalam bahasa Arab dari kata ini. Akhirnya kata ini berasal dari bahasa Mesir Pr-Aa yang artinya adalah "Rumah Besar". Pertama-pertama ini adalah istilah untuk istana kerajaan, tetapi lama-lama artinya adalah penghuni istana ini, yaitu sang raja.



Gelar firaun

Asal mula gelar firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yagn dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar 'pharao (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi raja dimana pada masa itu sebagai pimpinan negara dan pimpinan keagamaan.


Pada awal perkembangannya, masyarakat Mesir kuno terbagi atas Mesir hulu dan Mesir hilir yang memiliki firaun dan lambang mahkota sendiri sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu kesatuan kekuasaan. Mahkota yang digunakan adalah mahkota rangkap.

Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

 
 
Masyarakat Madani di Kota Manusiawi
Fir’aun Wanita di KARNAK

Sebuah prasasti menyapa pengunjung,”Hei, kalian yang melihat monumenku kelak dan komentar,’Aku tak tahu kenapa ia membuat ini’. Kulakukan ini sebagai hadiah untuk ayahku, Amun, menghiasi dengan keindahan.” Tulisan hieroglif ini tertera pada granit pink obelisk seberat 320 ton yang menjulang 29, 6 meter, tertinggi kedua di dunia setelah obelisk Roma. Terlihat sejauh 80 km, sampai Aswan, ratusan mil selatan Karnak. Dibuat oleh Hatshepsut, firaun perempuan yang paling berhasil dan paling lama memerintah di Mesir, untuk dewa Amun.



Ya, hanya selisih 1,1 meter dengan yang di Italia. Itu pun disembunyikan 2/3-nya dengan tembok tinggi yang mengitarinya. Daripada merobohkan dan menyingkirkan obelisk sebesar itu, lebih murah dan lebih mudah menutupinya dengan tembok, pikir fir’aun penggantinya. Betapa takutnya kaum pria jika lawan jenisnya yang gemulai ini bertahta di singgasana. Mengusik superioritasnya yang sudah berurat akar. Hatshepsut wafat misterius. Nama dan ingatan tentangnya dihapus sebisanya. Terkadang Hatshepsut digambarkan sebagai pria. Pantas, keberadaan fir’aun perempuan tak banyak yang tahu.


Ayah Hatshepsut, Thutmosis I ( masa pemerintahan 1504 – 1492 SM ), juga punya obelisk di kuil ini. Setinggi 21, 3 meter, seberat 143 ton. Selama berabad-abad, selang masa Tuthmosis I dan Ramses VI, para raja silih berganti merusak dan membongkar deretan obelisk di Karnak. Untung, obelisk ini tak tersentuh.

Memang terjadi bongkar pasang selama 2000 tahun, sejak kuil Amun di dirikan. Para fir’aun seperti tak mau kalah dengan para pendahulunya, memamerkan kejayaannya. Bahkan saudara Iskandar Agung, Philip Arrhidaeus ( 323-316 SM ), raja Makedonia, punya jejak ingatan di bagian tertua dan tersuci kuil. Sebelumnya, bagian tsb dibangun oleh Thutmosis III ( 1479-1425 SM ). Di luar kuil, gerbang Hathshepsut dan Thutmosis dari batu kapur dikanibal Amenhotep II, dilanjutkan Seti I. Obelisk Hatshepsut yang semula dua, tinggal satu.

FIR’AUN WANITA

 

Mesir dari dulu hingga sekarang adalah masyarakat didominasi pria. Namun, Hatshepsut bisa mendobrak tabu itu, disusul Cleopatra VII ( atau Cleopatra ). Ratu cantik jelita dari dinasti akhir Yunani. Peran lain yang tak kalah penting dalam peradaban Mesir kuno, yaitu posisi istri dewa Amun ( Hemet Netjer nt Imen ), sampai invasi Persia saat dinasti 26, periode akhir Mesir. Istri dewa Amun dianggap menitis ke bumi sebagai dewi. Posisi ini diberkati dengan kepemilikan sendiri, sejumlah staf dan musisi untuk mengkultuskan Amun dalam serangkaian ritual rutin. Sebagai pendeta ketua pemujaan Amun di Thebes, istri dewa memberi wejangan pada para pendukungnya. Sedangkan posisi tangan dewa, dipegang putri pendeta tinggi Amun, sampai masa pemerintahan Hatshepsut ( 1473 – 1458 ).

Sejak dinasti ke 18, orang Mesir menaruh mahkota pangeran pada istri yang mendampingi Amun, bukan pada anak raja. Putra mahkota menempati posisi perdana menteri. Posisi pendamping Amun diturunkan pada putri ratu atau istri raja berikutnya. Hatshepsut mengambil posisi itu dari istri Thutmosis I, sampai otoritas terkumpul di tangannya sebelum ia mengklaim singgasana. Setelah mengambil peran penuh sebagai raja, baru ia melepas posisi itu pada Neferure, putrinya.

PEMBUATAN DAN PENEMUAN KUIL

Kompleks kuil Karnak dilihat dari atas.

 
Kompleks kuil Karnak dilihat dari atas.

Kuil Amun terletak di timur sungai Thebes. Ke arah timur area Montu, reruntuhan bangunan yang dibangun Thutmosis I, telah digali. Ditemukan sebuah stasiun, ruang gudang dan bengkel di situ. Reruntuhan tertua di utara situs merupakan perkampungan, dengan rumah-rumah, lumbung dan bengkel dari bata. Ratusan patung dewi Sekhmet yang dibuat Amenhotep III disimpan di museum, beberapa masih di situs, mungkin dipindahkan dari kamar jenazah raja di sisi barat. Sejumlah blok dari bangunan lebih awal ditemukan, dipakai ulang pada kolom raksasa hingga menyerupai festival jalanan ; dimulai Senwosret I, kapel putih, kuil Amenhotep I dan II, Hatshepsut, kuil merah, dan serambi pilar Thutmosis IV.

Danau Suci, Karnak.
 


( foto by Faisal Zulkarnaen ).

Pembuatan kuil Amun dimulai dengan memindahkan batu lewat sungai. Masa berikutnya, batu lebih kecil digunakan sehingga seorang bisa membawanya. Puluhan ribu batu-batu ini bersama pasir terbaik diangkut dari Gebel el-Silsila, 100 km selatan Thebes ke lokasi Amun. Blok-blok kecil dipasang di kuil matahari, sebagian dipecah lagi untuk pengisi, fondasi dan kolom-kolom. Pemasangan batu, seperti ditampilkan pada relief ; firaun mengangkatnya dengan satu tali terikat ke ujung atasnya. Relief tsb bisa jadi hanya simbol, tetapi mungkin juga pemancangan kolom-kolom raksasa dilakukan dengan cara ini dengan beberapa ratus orang menarik bersama-sama. Meski situs Karnak ini sudah ditemukan sejak tahun 1903, bagian timur dan selatan kuil serta dan danau suci masih belum terungkap.

JEJAK PEWARIS DAN PEMBANGUN
Deretan patung fir'aun yang membangun kuil Karnak.


Deretan patung fir'aun yang membangun kuil Karnak.

Masyarakat Mesir kuno memuja banyak dewa ( polytheisme ). Ada dewa Osiris, Isis, Aris, Thot, Anubis, Apis, Amun-Ra ( dewa bulan-matahari ) yang diringkas menjadi Amun. Untuk memuja Amun didirikan obelisk, tiang batu melancip, yang sekaligus berfungsi merekam jejak peristiwa.

Di Karnak, pendeta ketua mengakui raja sebagai putra kesayangan Amun, raja semua dewa. Upacara pengangkatan raja dan hari peringatan digelar di sini. Masa Ramses, lebih 80.000 pekerja dikerahkan untuk mendukung kemegahan perhelatan di kuil Amun. Kuil ini juga berfungsi sebagai pusat administrasi dari banyak lahan pertanian di sana.

Kuil Karnak panjangnya ± 433 meter (1300 kaki), kolomnya setinggi ± 23,5 meter berdiameter ± 6,6 meter sebanyak ± 134 buah. Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang menceritakan pemerintahan dan pertempuran raja. Kompleks pemujaan ini terdiri tiga kuil utama ( Mut, Montu, Amun ), diapit ± 20 kuil dan kapel kecil di sekitarnya, dan beberapa kuil luar hingga tiga kilometer utara Luxor. Kuil yang dulu disebut Ipet-Sut ( artinya tersuci dari semuanya ) tegak menjulang di atas tanah seluas 100 hektar. Ketiga kuil banyak dilingkupi tembok bata. Di utara halaman pertama ada museum terbuka, di seberangnya ada Danau Suci.



Denah kuil Karnak, Mesir.

Hall antar kolom menggiring pengunjung ke tempat tersuci, area Amun, yang berada di pusat kompleks. Dari sini melalui lorong berkepala sphinx menuju ke kuil Luxor, dengan kanal ke sungai Nil. Ada lapangan dikelilingi kolom ( tiang ) dan patung fir’aun berukuran raksasa. Persidangan atas terdakwa perampok kubur masa pemerintahan Amenhotep III dilaksanakan di kuil Ma’at, belakang kuil Montu. Hall hypostyle didesain begitu dramatis. Salah satu adikarya terbesar di dunia arsitektur. Hypostyle ( artinya beristirahat di antara kolom ) sejatinya hutan batu buatan tangan. Memisahkan halaman terbuka dari tempat suci, dimana perayaan dan upacara diadakan, yang hanya boleh dilalui raja dan pendeta. Rakyat jelata dilarang masuk. Jalur prosesi melewati hypostyle adalah jalur persiapan dari dunia ini ke dunia berikutnya.

Pada masa pemerintahan Ramses III, lebih dari dua pertiga harta Thebes milik kuil Amun, terbukti dengan wujud kuil Karnak yang menakjubkan. Meski tak sedikit yang hancur, tak ada situs di Mesir yang mengesankan melebihi Karnak. Kuil Amun di Karnak merupakan kompleks kuil terbesar dan terindah yang pernah dibangun oleh tangan manusia. Gabungan prestasi sejumlah generasi pembangun kuno.

KEKAYAAN PEMBANGUNAN

Deretan spinx, penjaga kuil.


Deretan spinx, penjaga kuil.

menjadikannya lembah subur sejauh 15 sampai 50 kilometer, sehingga dikatakan Nil berkah bagi Mesir. Lembah subur ini menjelma menjadi pertanian yang menjamin kehidupan masyarakat Mesir. Didukung irigasi, saluran, terusan dan waduk yang dikelola para tuan tanah, melimpahlah hasil panen gandum, jamawut, jagung dsb.

Selain mengairi tanaman dan keperluan harian penduduk, sungai Nil juga dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dagang dengan bangsa Funisia, Mesopotamia dan Yunani. Terbentuklah komunitas desa dengan kerajaan kecil. Awal 4000 SM menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Tahun 3400 SM Menes menyatukannya, menjadi kerajaan Mesir yang besar. Raja berkuasa mutlak ; mengklaim seluruh tanah kerajaan, mewajibkan pajak bagi rakyat pengelolanya, membuat undang-undang sekaligus penguasa pengadilan. Firaun juga panglima perang, yang di saat damai bisa memerintahkan tentaranya membangun kanal dan jalan raya. Ya, seperti dwifungsi TNI.

Wilayah di luar sungai Nil berupa gurun pasir yang luas yang jarang dituruni hujan hingga berbulan-bulan. Lembah Nil yang sempit memanjang tak mungkin membentuk unit kependudukan di sekitar sungai berkembang banyak, menjadi kota besar. Dengan kartu truf ini, fir’aun leluasa mendominasi rakyatnya. Sejak fir’aun Menes, Mesir diperintah 30 dinasti yang berbeda ; Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Mesir Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebes.

Raja terbesar kerajaan Mesir Baru adalah fir’aun Thutmosis III. Negara yang tunduk padanya diantaranya Babylonia, Assyria, Cyprus. Cengkeramannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia ( Ethiopia ), di barat sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sisilia. ‘Napoleon dari Mesir’ inilah yang memerintahkan pembangunan kuil Amun di Karnak dan Luxor.

MESIR SEKARANG

 Salah satu kolom raksasa penyangga kuil.

Karena dikepung gurun pasir yang luas ( 99,4 % ), sejak dulu bangsa Mesir terbiasa menutup diri dari peristiwa luar dan pembaruan agama. Struktur masyarakat, hubungan rakyat dengan kerajaan terus berlangsung konservatif selama berabad-abad. Mesir di milineum kedua sekarang, beribukota di Kairo dan 90 % penduduknya memeluk Islam. Wilayah seluas 997.739 km² di 30°2′ LU 31°13′ BT ini populasinya lebih 76 juta jiwa, terpadat Afrika. Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politik di wilayah Arab dan Timur Tengah, di mana tersimpan sekitar 65% artefak kuno dunia. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.

Sekarang Kuil Karnak dibuka untuk umum dari pukul 6.30 sampai 17.30 pada musim dingin dan 6 sampai 18.00 selama musim panas. Museumnya berisi koleksi patung yang ditemukan di seluruh penjuru situs. Perlu setengah hari untuk berjalan sekitar kawasan Karnak dan perlu bertahun-tahun untuk mengenalinya dengan baik. Ada pertunjukan suara dan cahaya di Karnak, yang diawali pengantar sejarah, kelahiran kota besar Thebes dan pemancangan kuil Karnak. Pertunjukan mengisahkan prestasi beberapa firaun besar, dengan deskripsi megah nan puitis.

Di bidang arsitektur, pengalaman ruang di kuil Amun diterapkan perancang Sydney Opera House, Jorn Utzon pada kompleks sidang Kuwait (1972 ). Setelah intuisinya mencatat reaksi visual Karnak dan sekelilingnya, Jørn membuat kolom raksasa yang mendominasi lobi, menopang balok menggantung, dibentuk bak kanopi dari kanvas. Menduplikasi keindahan Amun di alam modern.

Sayangnya, dalam ranah kepemimpinan, setelah Hatshepsut ( dinasti 18 ), Cleopatra VII ( dinasti Ptolemeus, Yunani ), tak ada lagi perempuan yang melanjutkan rintisan Ratu Sobekneferu ( dinasti 12 ). Tradisi pria memimpin tetap kokoh di Mesir. Yang melegakan, Sang Pencipta sejati membuka surganya sama lebar bagi pria maupun wanita, pemimpin atau rakyat jelata, asal mengikuti jalan-Nya, melakukan kebajikan yang banyak. Fair, bukan ?
 
Sumber :
( A.Savitri / peminat arsitektur kota )
Website : http://anisavitri.files.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar